HasibuAnfusakum Qobla An Tuhasabu Hisablah dirimu di dunia sebelum dihisab di akhirat (Hadits) Tuesday, December 28, 2010. Posted by ts at 5:36 PM. Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Share to Pinterest. Monday, December 27, 2010. CHECKLIST: Hablun Min Alloh. RUKUN IMAN:
Orang paling kuat dalam pandangan Rasulullah bukan orang yang tubuhnya besar, badannya kekar, dan ototnya kuat. Kuat atau tidaknya seorang tidak diukur dari fisik, tapi sejauh mana dia mampu menggunakan akal dan pikirannya, serta mengendalikan hawa nafsunya. Rasulullah bersabdaالْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا، وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِArtinya “Dari Syaddad bin Aus, dari Rasulullah -sallallahu alaihi wasallam- beliau bersabda “Orang yang pandai kuat adalah yang mengevaluasi dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah.” HR Al-TirmidziAl-Kayyis orang yang kuat diartikan juga sebagai dia yang menggunakan akalnya. Man dana nafsahu dia yang mampu mengatur dirinya adalah dia yang menghisab mempertimbangkan apa yang telah dan akan dilakukan dirinya di dunia sebelum nanti dihisab di hari kiamat. Perilaku ini biasa dikenal dalam tradisi Islam sebagai Muhasabah. Begitu Imam at-Tirmidzi memaknai hadis yang juga oleh beliau nasihat dari Sayyidina Umar bin al-Khattab, “Hasibu anfusakum qobla an tuhasabu”, “Hisablah introspeksi dirimu sebelum engkau dihisab diinterogasi oleh malaikat Allah nanti di hari kiamat.”Perilaku semacam ini juga biasa disebut “tafakkur” oleh Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Tafakkur ini biasanya dilakukan setiap hari sebelum tidur malam. Ada tiga macam tafakkur bagi beliauPertama, mengingat apa yang telah dilakukan sehari ini. Misalnya, pagi tadi aku makan. Tafakkur semacam ini beliau nilai sama dengan ibadah selama sepuluh mempertimbangkan apakah yang telah dilakukan adalah hal baik atau sebaliknya. Siang tadi aku makan untuk menjaga kesehatan badan, amanat dari Allah. Berarti itu adalah perilaku yang baik. Tapi aku berlebihan, mengambil nasi terlalu banyak akhirnya tak mampu aku habiskan, terbuang dan mubazzir. Itu bukanlah perbuatan yang baik. Besok jangan begitu lagi lah. Ambil nasi secukupnya. Tafakkur semacam ini dinilai sama dengan ibadah selama seratus mengambil hikmah dari apa yang dilakukan dan dari setiap sesuatu. Karena mengambil nasi berlebihan, aku tahu rasanya enak padahal di luar sana masih banyak orang yang kekurangan makanan. Cobalah nanti sekali-kali aku bersedekah kepada mereka yang membutuhkan. Hikmah bisa didapatkan dari mana saja, tak harus dari hal baik. Dari hal yang tak baik pun bisa didapatkan hikmahnya. Tafakkur semacam ini senilai dengan ibadah selama seribu menjelaskan jenis-jenis tafakkur di atas, Dr. Fahruddin Faiz mengingatkan bahwa dalam memahaminya jangan menghitung secara matematis. Korupsi seratus juta itu dosa. Sedekah dengan ikhlas satu juta, pahalanya dilipatgandakan tujuh ratus kali lipat, jadinya tujuh ratus juta. Maka pahalaku masih lebih banyak daripada dosaku. Bukan seperti itu cara berpikirnya. Oleh karena itu gunakan akal sehat dan hati yang jernih, karena orang paling kuat menurut Rasulullah adalah orang yang mampu mengendalikan akal pikiran dan hawa nafsunya.[One Day One Hadis program dari Pesantren Ilmu Hadis Darus-Sunnah yang didirikan Almarhum Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Ya’qub, MA. Pesantren Darus-Sunnah saat ini dalam tahap pengembangan dan pembangunan, bagi yang mau berdonasi silahkan klik link ini] Hasibu Anfusakum Qabla Antuhasabu" "Bring yourself to account before you are taken to account." by Sayidina 'Umar ibn Al-Khattab r.a. 26 notes Aug 12th, 2011 More you might like Mosques open doors to 'ease tensions' bbc.co.uk Umar bin Khaththab sering mengingatkan umat Islam untuk selalu melakukan muhasabah diri. "Hasibu qobla an tuhasabu." Artinya, hitunglah diri kalian sebelum datang hari perhitungan yang pandangan Hasan Al-Bashri, muhasabah akan meringankan hisab di hari akhir kelak. Sebab Allah swt. tidak pernah melewatkan satu perbuatan pun, melainkan telah tercatat di sisi-Nya. "Allah mengumpulkan mencatat amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya" QS. Al-Mujadilah 6. Jadi tidak sepatutnya jika seorang muslim melewati hari-harinya tanpa melakukan muhasabah diri. Karena hanya dengan muhasabah itulah hati kita terjaga dari kelalaian, mulut terhindar dari mengucapkan keburukan, dan perbuatan kita akan terpelihara dari segala maksiat dan demikian, muhasabah perlu kita lakukan setiap hari. Mengenai waktunya, Ibnu Qayyim berkata, "Muhasabah itu dilakukan sebelum melakukan perbuatan dan setelah melakukan perbuatan." Demikian beliau terangkan dalam kitabnya Mukhtashar Minhajul pandangan Ibnu Qudamah, seyogianya seorang muslim menyisihkan waktunya pada pagi dan sore hari untuk introspeksi diri. Dan ia menghitungnya sebagaimana para pedagang dengan rekan-rekannya menghitung keuntungan dan kerugian transaksi mereka setiap akhir perjalanan satu hari, kebaikan apa yang telah kita lakukan. Pun sebaliknya, keburukan atau dosa apa yang pernah kita perbuat. Dengan demikian, jika kita pandai menghisab diri, insya Allah kita akan terhindar atau paling tidak, meminimalisasi perbuatan pula yang dilakukan para sahabat Nabi. Mereka tidak pernah menutup malam kecuali telah melakukan muhasabah. Bahkan Abu Bakar pun menghisab dirinya wafatnya, Abu Bakar memanggil putrinya Aisyah. Ia berkata, "Sesungguhnya semenjak kita menangani urusan kaum muslimin, tidak pernah makan dari dinar dan dirham mereka. Yang kita makan adalah makanan yang keras dan sudah rusak" HR. Ahmad.Abu Bakar dan sahabat Nabi lainnya benar-benar serius menghisab diri. Hal tersebut tidak lain karena hadis Nabi yang berbunyi, "Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sehingga ditanya tentang empat perkara. Tentang umurnya untuk apa dihabiskannya. Tentang masa mudanya digunakan untuk apa. Tentang hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dihabiskan, dan tentang ilmunya, apa yang dilakukan dengan ilmunya itu" Tirmidzi. Bismillah حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا -غلاف أبيض طبعة دار المصطفى Hasibu Anfusakum Qobla An Tuhasabu Penulis: Dr. Musthofa Bugho Sampul: Softcover Warna Kertas: Putih Jumlah Halaman: 24 Halaman Penerbit: Darul Musthofa. Layanan Pelanggan. Bantuan; Ferdy Abdul Nasir berkataSebenarnya makna menghisab diri sendiri adalah kita senantiasa bermuhasabah atas diri kita misalnya sudah berkahkah hasil kita dari mana ana dapatkan? Dan dibelanjakan apa untuk keperluan apa, kemanakah kaki kita melangkah, kemana tujuan ana dan juga apa niat ana melakukan. Dengan demikian maka segala kegiatan baik finansial maupun perbuatan itu senantiasa di filter atau boleh dikata dihisab oleh kita sendiri agar tidak menambah beban dosa baik kecil/besar yg nanti akan menjadi bahan hisab di akherat kelak. Allahu a’lam bissawabi..
Setiaporang pasti punya rencana untuk masa depannya di tahun baru 2014 yang akan datang.Ingin lekas kaya dan meningkat kesejahteraannya merupakan hal
MUHASABAH secara sederhana bisa dipahami sama dengan intropeksi, yaitu seseorang bertanya kepada dirinya sendiri tentang perbuatan yang dia lakukan agar jiwa menjadi tenang, dan memastikan secara gamblang apakah perbuatan yang dilakukan dalam kehidupannya sesuai dengan perintah-perintah Allah yang dilakukan oleh para sahabat Nabi. Mereka tidak pernah menutup malam harinya kecuali telah melakukan muhasabah. Bahkan seorang Abu Bakar mampu menghisab dirinya sendiri sedemikian akhir wafatnya, Abu Bakar memanggil putrinya Aisyah radhiyallahu anha. Abu Bakar berkata, "Sesungguhnya semenjak kita menangani urusan kaum Muslimin, tidak pernah makan dari dinar dan dirham mereka. Yang kita makan adalah makanan yang keras dan sudah rusak." HR. Ahmad.Demikianlah Abu Bakar menghisab dirinya sendiri. Bahkan sahabat utama Nabi itu tidak memperkenankan Aisyah mengambil apa yang dimiliki Abu Bakar. Semuanya diminta untuk diserahkan kepada Umar bin Khaththab. Tentu, langkah Abu Bakar ini sagat berat. Tetapi tatkala muhasabah telah menjadi gaya hidup maka tidak ada yang lebih penting selain menyucikan diri demi ridha Bakar dan sahabat Nabi yang lainnya benar-benar serius menghisab dirinya. Hal tersebut tidak lain karena hadits Nabi yang berbunyi; "Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sehingga ditanya tentang empat perkara tentang umurnya, untuk apa dihabiskannya, tentang masa mudanya, digunakan untuk apa, tentang hartanya, dari mana diperoleh dan kemana dihabiskan, dan tentang ilmunya, apa yang dilakukan dengan ilmunya itu." HR. Tirmidzi.Jadi, sebagai apa pun dan di masa apa pun seorang Muslim wajib melakukan hari perhitungan benar-benar kita hadapi. Pantas jika Umar bin Khaththab sering mengingatkan umat Islam untuk selalu melakukan muhasabah diri. "Hasibu qobla an tuhasabu,"artinya hitunglah diri kalian sebelum datang hari pandangan Hasan Al-Bashri muhasabah akan meringankan hisab di hari akhir. Sebab Allah tidak pernah melewatkan satu perbuatan pun melainkan telah tercatat di sisi-Nya."Allah mengumpulkan mencatat amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya." QS. Al-Mujadilah 6.Jadi tidak sepatutnya jika seorang Muslim melewati hari-harinya tanpa melakukan muhasabah diri. Karena hanya dengan muhasabah itulah hati kita terjaga dari kelalaian, mulut terhindar dari mengucapkan keburukan dan perbuatan kita akan terpelihara dari segala maksiat dan MuhasabahDengan demikian muhasabah berarti perlu kita lakukan setiap hari. Mengenai waktunya, Ibnu Qayyim berkata, "Muhasabah itu dilakukan sebelum melakukan perbuatan dan setelah melakukan perbuatan." Demikian beliau terangkan dalam kitabnya Mukhtashar Minhajul sebelum melakukan perbuatan seorang Muslim berhenti pada awal keinginan dan kehendaknya serta tidak bersegera melakukan perbuatan sampai jelas statusnya. Setidaknya ada tiga pertanyaan yang harus apakah perbuatan yang diiginkan mampu dilakukan atau tidak. Kedua, apakah perbuatan itu sesuai syariat. Ketiga, apakah perbuatan itu akan dilakukan ikhlas karena itu, untuk muhasabah setelah melakukan perbuatan dapat dicek melalui apakah perbuatannya sesuai syariat dan apakah dilakukan ikhlas karena Allah. Meurut Ibnu Qayyim muhasabah setelah melakukan perbuatan ini ada tiga muhasabah atas ketaatan yang diabaikan. Kedua, muhasabah atas setiap perbuatan yang apabila ditinggalkan lebih baik daripada dilakukan. Ketiga, muhasabah atas perbuatan yang mubah yang tidak jauh Ibnu Qudamah berkata, "Seyogyanya bagi seorang Muslim itu menyisihkan waktunya pada pagi hari dan sore hari untuk muhasabah diri. Dan ia menghitungnya sebagaimana para pedagang dengan rekan-rekannya menghitung keuntungan dan kerugian transaksi mereka setiap akhir penjualan."
xVBJ6.